PENGERTIAN
INOVASI KURIKULUM
Secara
etimologi inovasi berasal dari Kata Latin innovation yang berarti pembaharuan
atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbaharui dan mengubah
inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju kearah perbaikan, yang lain atau
berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana
tidak secara kebetulan.
Istilah perubahan dan pembaharuan ada pebedaan dan persamaanya. Perbedaannya , kalau pada pembaharuan ada unsur kesengajaan. Persamaannya. Yakni sama sama memilki unsur yang baru atau lain dari yang sebelumnya. Kata “Baru” dapat juga diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain.
Istilah perubahan dan pembaharuan ada pebedaan dan persamaanya. Perbedaannya , kalau pada pembaharuan ada unsur kesengajaan. Persamaannya. Yakni sama sama memilki unsur yang baru atau lain dari yang sebelumnya. Kata “Baru” dapat juga diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain.
Namun, setiap
yang baru itu belum tentu baik setiap situasi, kondisi dan tempat.
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau dimati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) atau dicovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau dimati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) atau dicovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.
Inovasi
(pembaharuan) terkait dengan invention dan discovery. Invention adalah suatu
penemuan sesuatu yang benar benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Penemuan
sesuatu (benda) itu sebelumnya belum pernah ada, kemudian diadakan dengan
bentuk kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda), yang benda itu
sebenarnya mengea telah ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui orang.
Jadi, inovasi adalah menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan
(usaha) baik inuvention dan discovery.
Pembaharuan (inovasi) di perlukan bukan saja dalam bidang teknologi tetap juga di segala bidang termasuk bidang pendidikan pembaruan pendidikan diterapkan di dalam berbagai jejang pendidikan juga dalam setiap kompunen sistem pendidikan .sebagai pendidik kita harus mengetahui dan dapat menerapakan inovasi – inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat di peroleh hasil yang maksimal .kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa orang tua dan masyarakat ,namun sekolah atau lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan ,kelemahan tatangan dan hambatan yang ada.
Pembaharuan (inovasi) di perlukan bukan saja dalam bidang teknologi tetap juga di segala bidang termasuk bidang pendidikan pembaruan pendidikan diterapkan di dalam berbagai jejang pendidikan juga dalam setiap kompunen sistem pendidikan .sebagai pendidik kita harus mengetahui dan dapat menerapakan inovasi – inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat di peroleh hasil yang maksimal .kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa orang tua dan masyarakat ,namun sekolah atau lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan ,kelemahan tatangan dan hambatan yang ada.
MODEL-MODEL
INOVASI
Ada dua model
inovasi pendidikan, yaitu model “top down innovation” dan model “bottom up
innovation”. Model pertama adalah suatu inovasi yang datang dari atas atau yang
diciptakan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing. Kedua, adalah inovasi
model “bottom up innovation”, yaitu model inovasi yang diciptakan berdasarkan
ide, kreasi, dan inisiatif sendiri oleh suatu lembaga pendidikan seperti
sekolah, universitas, guru, dosen, dan sebagainya.
Berikut ini
adalah beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh Depdiknas
selama beberapa dekade terakhir ini, yaitu: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP), Sistem Pengajaran Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA),
dan sebagainya.
Contoh kegiatan inovasi pendidikan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:
Contoh kegiatan inovasi pendidikan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:
- Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
Proyek ini
bertujuan untuk mencoba bentuk sistem persekolahan komprehensif dengan nama
“Sekolah Pembangunan”.
- Pengajaran dengan Sistem Modul
Sistem
pengajaran ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar
mengajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan penggunaan waktu, dana,
fasilitas, dan tenaga secara tepat guna dalam mencapai tujuan secara optimal.
- Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan
yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal,
baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut
keterlibatan mental vang tinggi, sehingga terjadi proses-proses mental yang
berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui
proses kognitif, pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Inovasi dalam
bidang Kurikulum
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Lama waktu
dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem
pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan
pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran
secara menyeluruh. Berbagai kurikulum yang mewarnai dunia pendidikan di
Indonesia :
1.
Rencana Pelajaran 1947
kurikulum
pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan ( dalam
bahasa belanda) artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum
(bahasa inggris). asas pendidikan ditetapkan pancasila. rencana pelajaran 1947
baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
kurikulum ini
lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut rencana pelajaran terurai
1952.
3. Kurikulum 1968
3. Kurikulum 1968
kelahiran
kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk orde lama. tujuannya pada pembentukan manusia
pancasila sejati. kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. jumlah pelajarannya 9.
kurikulum 1975
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective)
yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, AK, M.Si, Direktur Pembinaan TK dan
SD Depdiknas.
5. Kurikulum 1984
5. Kurikulum 1984
kurikulum 1984
mengusung process skill approach. meski mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan tetap penting. kurikulum ini juga sering disebut “kurikulum 1975
yang disempurnakan”. posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. model ini
disebut cara belajar siswa aktif (CBSA) atau student active leaming (SAL).
6. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
kurikulum 1994
bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “jiwanya
ingin mengkombinasikan antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984, antara
pendekatan proses,” kata mudjito menjelaskan.
7. Kurikulum 2004
bahasa kerennya
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.
8. KTSP 2006
awal 2006
ujicoba KBK dihentikan. muncullah kurikulum tingkat satuan pendidikan.
pelajaran ktsp masih tersendat. tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan kurikulum 2004. perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. hal ini disebabkan
karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan
telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional.
Bidang
metode
1.
Interaksi langsung tanpa media
2. Interaksi
tidak langsung melalui perantara : barang cetakan, rekaman suara,
visual.
visual.
3. Quantum
learning
Quantum
learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
4. Contextual
Teaching and Learning /CTL
Pendekatan
kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
5. cooperative
learning
Model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.
Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis.
6. Active learning
6. Active learning
Pembelajaran
aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua
potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai
hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka
miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan
untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran.
7. PAKEM
adalah
singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
demikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar- mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya
waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
8.
Sekolah Satu Atap
merupakan model
pendidikan berbeda jenjang TK dan SD, SD dan SMP yang pelaksanaan kegiatan
belajar mengajarnya berlangsung pada satu tempat. Model ini di desain untuk
mendekatkan lembaga pendidikan ke tempat yang paling mudah dijangkau oleh
masyarakat. Harapannya tidak lagi ada anak usia sekolah yang tidak bersekolah hanya
karena jarak tempuh ke sekolah yang jauh.
Faktor yang
mempengaruhi perubahan Kurikulum
- Falsafah Pendidikan
Falsafah
pendidikan negara mempunyai implikasi yang besar terhadap pembentukan
kurikulum. KBSR dan KBSM adalah hasil perubahan yang diaspirasikan
dalam Falsafah Pendidikan Negara. Antara perubahan-perubahan yang jelas
terdapat dalam kedua-dua tersebut ialah ;
- Sukatan pelajaran yang digubal memberi penekanan kepada aspek kesepaduan dan keseimbangan. Oleh itu konsep-konsep seperti penggabungjalinan ( penyatuan kemahiran-kemahiran ) dan penyerapan ( penyatuan isi ) sentiasa dititik beratkan.
- Penekanan baru diberikan kepada penerapan nilai-nilai murni. Ia seharusnya diserapkan dalam setiap mata pelajaran yang diajar di sekolah.
- Program pendidikan disusun agar dapat melahirkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan.
- Program pendidikan yang menitik beratkan pendidikan umum diperkenalkan.
- Penekanan diberikan kepada pendidikan teknik dan vokasional.
- Penekanan juga diberikan kepada bahasa merentasi kurikulum.
- Pemupukan budaya sains dan teknologi terus ditekankan.
- Pemupukan budaya keusahawanan dan budaya niaga ditegaskan.
- Pengukuhan dan perluasan bahasa Melayu sebagai satu cabang ilmu pengetahuan.
- Peningkatan pendedahan dan penguasaan bahasa Inggeris.
- Penekanan kepada melahirkan individu yang berkeyakinan diri dan bersikap berdikari.
- Kehendak Masyarakat
Kurikulum
digubal dan dilaksanakan mengikut kehendak dan desakan masyarakat. Masyarakat
juga menentukan samada kurikulum itu sesuai atau pun tidak dengan kehendak
mereka. Namun begitu bukanlah mudah untuk memenuhi semua tuntutan masyarakat
terhadap kurikulum dan sumbangannya pada budaya, lebih-lebih lagi dalam masyarakat
yang kompleks dan mengalami perubahan yang pesat.
Penilaian atau
kajian berterusan adalah diperlukan untuk memastikan matlamat dan kehendak
masyarakat terhadap pendidikan benar-benar terlaksana. Misalnya dalam
masyarakat industri, pendidikan harus mempunyai strategi terhadap ciri-ciri
ekonomi, politik, sosial dan budaya masyarakat tersebut. Dalam masyarakat
pertanian pula, ciri-ciri kurikulumnya adalah berbeza.
Masyarakat
mengkehendaki murid-murid mempelajari kemahiran-kemahiran asas seperti membaca,
menulis dan mengira; konsep-konsep asas cara hidup masyarakat dari segi
politik, sosial dan ekonomi; serta teknik-teknik asas untuk menyertai kehidupan
sesuatu masyarakat, seperti mengambil bahagian dalam perbincangan, kepimpinan
dan pemikiran kritis dalam suatu sistem demokratik.
KBSR telah
digubal dengan tujuan untuk membolehkan murid-murid :
– menguasai
bahasa Melayu dengan memuaskan.
- menguasai
kemahiran asas berbahasa seperti bertutur, membaca dan menulis.
– menguasai
kemahiran mengira
– menguasai
Bahasa Inggeris
– membina dan
memupuk akhlak yang mulia
– meningkatkan
ilmu pengetahuan tentang manusia dan alam
– dapat bergaul
dalam masyarakat
3. Faktor
Politik
Wiles Bondi
(1989) dalam Tengku Zawawi b Tengku Zainal `Curriculum Development : A Guide to
Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan perkembangan
sesuatu kurikulum.
Ini jelas
menunjukkkan bahawa perkembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik,
kerana setiap kali pucuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap
kali itulah kurikulum pendidikan akan dikaji semula. Kurikulum pendidikan
menjadi saluran penting bagi setiap badan pemerintahanmenguatkan pengaruh
mereka. Kerajaan bertanggungjawab menetapkan Dasar Pendidikan Negara sejajar
dengan hasrat pemerintah.
4. Faktor
pembangunan negara dan perkembangan dunia
Perkembangan
kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan perkembangan
dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya mempunyai
kurikulum yang statik. Oleh itu ia harus diubahsuai mengikut peredaran masa dan
kemajuan sains dan teknologi. Menurut Hida Taba (1962) dalam Tengku jawawi b
tengku zainal:
“Technology has
changed and is changing not only the face of the earth and the institutions of
our society, but man itself ”
Kenyataan di
atas jelas menunjukkan bahawa perkembangan teknologi telah membawa perubahan
yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Oleh itu perkembangan
kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan perkembangan dunia.
Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan mata pelajaran sains dan
kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan
dalam zaman yang berteknologi dan canggih ini. (Ee Ah Meng, 1995 dalam tengku
Zawawi b tengku Zainal).
5. Faktor perubahan
sosial
Selain menjadi
tempat menyalurkan pengetahuan dan melatih kemahiran akademik, sekolah juga
merupakan agen sosial. Melalui pendidikan di sekolah, nilai-nilai sosial yang
diperlukan dalam dan negara diserapkan.
Dewasa ini
masalah keruntuhan moral dan jenayah di kalangan remaja dan murid-murid semakin
meningkat. Mereka terdedah dengan masalah penagihan dadah, minum minuman keras,
merokok, pergaulan bebas dan melakukan perkara-perkara jenayah seperti mencuri,
merompak, merogol dan sebagainya. Masalah ini jika tidak dibendung dengan
segera, akan merosak dan menghalang pembangunan negara.
Menyedari
hakikat ini, negara telah mewujudkan Falsafah Pendidikan Negara yang bertujuan
memperkembangkan lagi potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan
insan yang harmonis dan seimbang dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani..
Dengan itu perkembangan kurikulum harus sejajar dengan perubahan sosial agar
nilai-nilai murni dalam diri individu tidak pupus ditelan arus pembangunan.
6. Faktor Perancang
dan Pelaksanaan kurikulum
Perubahan yang
begitu pesat dalam masyarakat dan dunia membuat kurikulum hari ini perlu
disesuaikan mengikut peredaran masa. Sehubungan dengan itu perancang kurikulum
bertanggungjawab menyemak semula dari masa ke semasa. Pengguguran, perubahan
atau pertambahan terhadap kurikulum harus dilakukan mengikut peredaran masa,
kehendak masyarakat dan kemajuan negara.
Kita hidup
dalam masyarakat yang berubah-ubah, iaitu pengetahuan baru sentiasa ditemui,
sementara pengetahuan lama yang dibuktikan kurang tepat diperkemaskinikan.
Masalah pertambahan pengetahuan yang banyak menimbulkan masalah pemilihan apa
yang hendak dipelajari serta pertimbangan semula bagaimana pembelajaran harus
berlaku. Dengan menyedari bahawa murid-murid harus disediakan untuk
menyesuaikan diri dengan permintaan masyarakat yang cepat berubah, guru-guru
dan perancang kurikulum harus menyemak semula apa yang mereka kemukakan kepada
murid-murid (Kamaruddin Hj. Husin, 1994 dalam Tengku Zawawi b Tengku Zainal).
7. Faktor murid
, kehendak , dan keperluan masyarakat
Pelajar sebagai
individu mempunyai kehendak dan keperluan asas ytang melibatkan kehendak dan
keperluan asa yang melibatkan keselamatan, kasih sayang, bermasyarakat dan
kehendak penyempurnaan kendiri. Kurikulum yang akan dibentuk sewajarnya dapat
memberi ilmu pengetahuan dan kemahiran agar kehendak dan keperluannya sebagai
muriod dan individu dapat dipenuhi. Ini bermakna, kurikulum yang dibentuk akan
menyediakan segala ilmu pengetrahuan dan kemahiran yang merangsang perkembangan
potensi mereka secara menyeluruh iaitu merangkmi intelek, jasmani, rohani dan
sosial( Ee Ah Meng, 1995dalam Tengku Zawawi b Tengku Zainal).
Perancangan
kurikulum yang baik sentiasa mengambil kira keperluan murid serta mampu memberi
faedah secara menyeluruh. Ini bermakna faktor minat dan perkembangan individu
dalam bidang kognitif, psikomotor dan afektif perlu difikirkan semasa membentuk
kurikulum tersebut.
Kajian
hendaklah dilakukan terhadap keperlun individu, sekurang-kurangnya dari peringkat
bayi hingga remaja. Hasilnya, segala keperluan tersebut dapat diserapkan ke
dalam sistem pendidikan itu dan dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan
berkesan.
Murid adalah
individu yang bakal menjadi sebahagian daripada anggota masyarakat. Oleh itu,
kurikulum haruslah bertanggungjawab menyediakan murid-murid dengan pendidikan
yang berkaitan dengan masyarakat di mana mereka tinggal dan juga bentuk
masyarakat yang akan mereka hadapi kelak.
8. Faktor
perkembangan ilmu dan kepentingannya
Masa yang
berlalu turut membawa perubahan kepada masyarakat yang seterusnya menuntut
mereka menerima pendidikan yang lebih sempurna selaras dengan keperluan
kemajuan yang kian pesat. Ilmu yang bersifat dinamik menyebabkan ia sentiasa
berkembang. Perkembangan ini disebarkan kepada masyarakat menerusi perancangan
kurikulum 6yang lebih kemas dan sesuai dengan kehendak masyarakat dan negara.
Penemuan baru
dalam pelbagai bidang seperti perubatan, teknologi dan sebagainya menjadikan
bidang itu terus berkembang. Perekembangan ini penting dalam pembentukan
kurikulum supaya ia dapat dikemaskini dari masa ke semasa agar ilmu -ilmu baru
ini dapat dissalurkan kepada murid-murid bagi mengimbangi keperluan zaman.
Selain itu,
pengenalan ilmu atau bidang-bidang baru ke dalam pendidikan membantu
meningkatkan taraf pendidikan itu sendiri. Contohnya, memperkenalkan ilmu
pengurusan dan perhubaungan ke dalam biodang pendidikan, khususnya ke dalam
bidang kurikulum, meningkatkan lagi keberkesanan proses perkembvangan kuriklum
itu sendiri.
9. Pengaruh psikologi
pendidikan
Teori disiplin
mental yang berlandaskan konsep falsafah yang dimajukan oleh Plato dan
Aristotle banyak mempengaruhi pengajaran aritmetik pada abad ke 19. Salah satu
aspek disiplin mental yang penting ialah psikolgi fakulti. Psikologi Fakulti
mempunyai pengaruh yang begitu kuat terhadap isu mengapa matematik perlu
dipelajari oleh kanak-kanak. Manakala ahli ` fahaman perkaitan’ mengaggap
pembelajran sebagai pembinaan unit-unit kecil yang terdiri daripada rangkaian
R-G untuk menghasilakn tingkah laku. Fahaman ini telah menghasilakn startegi
pengajaran aritmatik kepada fakta dan kemahiran kecil untuk diajar dan dinilai
secara berasingan. Kesan utama pendekatan ini bterhadap sekolah ialah matematik
diajar semata-mata dengan menggunakan teknik latih tubi ( Nik Aziz Nik Pa, 1992
dalam Tengku Zawawi b Tengku Zainal).
Pemikiran
psikologi `behaviourisme’ telah bertapak dalam kurikulum pendidikan matematik
sejak awal 60’an. Dalam pemikiran ini murid telah dianggap sebagai gelas
kosong. Guru berperanan memasukkan pengetahuan matematik ke dalam gelas
tersebut. Pendekatan ini mengenepikan aktiviti pengembangan intelek yang
sekaligus membina sikap negatif dalam diri pelajar terhadap matematik.
Untuk mengatasi
masalah itu, satu kurikulum matetamati yang memberikan tumpuan kepada
penyelesaian masalah dan pemikiran kritis telah diperkembangkan pada penghujung
tahun 70’an. Seterusnya dalam KBSM pengajaran dan pembelajran Matematik
ditekankan kepada fahamanb binaan (konstuktivm) dan kemahiran berfikir secara kreatif
dan kritis.
KESIMPULAN
Pembaharuan (inovasi) perlukan bukan saja
dalam bidang teknologi tetap di segala bidang termasuk bidang pendidikan
pembaruan pendidikan di tirapkan di dalalam berbagai jejang pendidikan juga
dalam setiap komponen sistem p pendidikan.sebagai pendidik kita harus
mengetahui dan menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses
pembelajaran yang kondosif sehingga dapat di peroleh hasil yang
maksimal.kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga
akan muncul pengakuan dari yang rill dari siswa,orang tua,masyarakat ,namun
sekolah /lembaga pendid ikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila
warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang
kekuatan, kelemehan tatangan dan hambatan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar